Pengikut

30 November 2010

Jalan Kaki Cegah Pikun

Penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa berjalan kaki sekitar lima mil atau sekitar tujuh kilometer per minggu mengurangi risiko terserang penyakit daya ingat atau Alzheimer.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, berjalan kaki secara teratur memperkuat kerja memori di otak. Ini efektif membantu seseorang yang mulai mengalami gejala kehilangan daya ingat, termasuk mereka yang sudah terdiagnosis Alzheimer.

Menggunakan teknik pemindaian MRI, tim peneliti mempelajari hubungan antara aktivitas tubuh secara teratur dan pengaruhnya terhadap struktur otak penderita Alzheimer atau penyakit memori lainnya.

Dr Cyrus Raji dari Sekolah Pengobatan Universitas Pittsburgh mengatakan, "Kami menemukan bahwa berjalan kaki lima mil setiap minggu melindungi struktur otak selama 10 tahun pada orang dengan Alzheimer. Kami menemukan bahwa penurunan memori mereka lebih lambat lima tahun."

Tim peneliti menarik kesimpulan itu melalui analisis berkelanjutan selama satu dekade tahun. Mereka melibatkan sedikitnya 426 orang usia antara 70 dan 80 tahun, yang terdiri dari 299 orang sehat, 83 pasien dengan gejala kehilangan daya ingat, dan 44 pasien Alzhaimer.

Mereka mencatat kebiasaan dan intensitas berjalan kaki seluruh responden. Sepuluh tahun kemudian, mereka melakukan pemindaian untuk melihat perubahan volume otak seluruh responden. Hasilnya, responden yang melakukan banyak aktivitas fisik memiliki volume otak yang lebih baik daripada mereka yang kurang gerak.

"Alzheimer adalah penyakit yang merusak otak. Penyakit ini tak bisa disembuhkan dengan berjalan kaki, tapi paling tidak aktivitas itu bisa meningkatkan ketahanan otak sehingga mengurangi efek buruknya," kata Raji.


Sumber : VIVAnews

Cegah Diabetes dengan Jalan Kaki 30 Menit

Jalan kaki sungguh memberikan khasiat yang beragam. Mulai dari kebugaran, meningkatkan stamina, mencegah osteoporosis. Jalan kaki juga ternyata juga bisa mencegah diabetes.

Siapa yang tidak mengenal penyakitdiabetes? Penyakit ini bisa menyerang siapa saja baik laki-laki ataupun perempuan dan tidak memandang usia penderita.

Hidup dengan diabetes sangat tidak nyaman. Selain bisa menyebabkan komplikasi, penderita diabetes juga harus tergantung pada obat dan menjalani diet seumur hidupnya.

Nah, salah satu cara yang mudah untuk mencegah penyakit ini adalah dengan berjalan kaki. Aktivitas fisik yang termasuk ringan hingga sedang dan aktivitas fisik yang lebih intensif, bisa mengurangi risiko terkena diabetes.

Seperti dilansir dari diabetesvic.org.au, Minggu (12/7/2009) menurunkan kadar gula darah dengan mengurangi produksi glukosa dari hati pada orang yang gemuk. Meningkatkan pengaturan rata-rata glukosa dalam sel dan sensitivitas glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin hingga 12-24 jam setelah melakukan aktifitas fisik, dan meningkatkan high-density liporpotein (HDL-kolesterol baik) dalam darah.

Study di Australia mengindikasikan bahwa partisipan yang berjalan kaki antara 85 menit-3 jam per minggu, bisa mengurangi risiko terkena diabetes hingga 31%. Intensitas berjalan yang rutin (5 hari per minggu) setidaknya selama 3 jam per minggu bisa mengurangi risiko terkena diabetes pada remaja 31-42%.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita yang aktif melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki bisa mengurangi risiko terkena diabetes dibandingkan dengan wanita yang tidak melakukan aktivitas fisik sama sekali.

Berjalan kaki juga dihubungkan dengan penurunan berat badan yang bisa mengurangi risiko terkena diabetes. Remaja yang dikategorikan overweight atau tidak aktif melakukan aktivitas fisik memiliki 3 kali kemungkinan lebih besar terkena diabetes dibandingkan remaja yang memiliki berat badan normal.

Dengan berjalan kaki selama 30 menit dapat meningkatkan kontrol glukosa, yang bisa membantu otot menyerap gula darah dan ini mencegah penyumbatan aliran darah. Efek ini bisa bertahan selama berjam-jam ataupun beberapa hari, tapi tidak permanen sehingga diperlukan jalan kaki yang teratur untuk mengontrol gula darah.

Kesehatan cardiovascular atau jantung yang lebih baik, karena orang dengan diabetes akan meningkatkan risiko penyakit jantung, jadi dengan berjalan kaki bisa mengurangi terkena penyakit jantung juga.

Untuk awalnya, mulailah dengan perlahan, berjalan selama 5-10 menit pada hari pertama masih bisa diterima, yang terpenting adalah tidak mendapatkan luka atau sakit pada tubuh anda.

Tambahkan 5-10 menit per minggu, lalu tingkatkan lagi hingga mencapai tujuan selama 45 menit sampai 1 jam, 5 sampai 7 hari seminggu, karena itu adalah waktu yang ideal untuk pemeliharaan glukosa darah. Namun manfaat kesehatan mulai bertambah saat 30 menit per hari.

Hal yang paling penting dalam jalan kaki adalah menggunakan sepatu yang nyaman untuk kaki anda sehingga tidak menimbulkan cedera atau luka, sebaiknya gunakan walking shoes dan jangan lupa menggunakan kaus kaki.

Sumber : detikhealth

Hewan 'Gaul' Otaknya Lebih Besar

Aspek sosial pada binatang ternyata membawa manfaat yang baik. Berdasarkan penelitian terakhir dari para ilmuwan, sifat sosial membuat ukuran otak berkembang menjadi lebih besar.

Studi terbaru terhadap lebih dari 500 spesies mamalia, mengungkapkan bahwa binatang yang hidup di kelompok sosial memiliki ukuran otak yang lebih besar daripada binatang yang hidup sendirian.

Ini menjelaskan mengapa ukuran otak anjing lebih besar daripada ukuran otak kucing yang hidup soliter. Pakar biologi evolusi sejak lama berasumsi bahwa setiap spesies memiliki ukuran otak yang kurang lebih relatif sama dengan porsi ukuran tubuhnya.

Namun, menurut para peneliti dari Oxford, Dr Susanne Shultz dan Profesor Robin Dunbar, pada kenyataannya, ukuran otak tidak bisa disimpulkan secara sederhana seperti itu. Lebih lanjut, aspek sosial ternyata juga punya korelasi terhadap ukuran otak.

Misalnya saja, primata yang ukuran otaknya secara terus menerus berkembang. Begitu juga dengan kuda, lumba-lumba, unta dan anjing. Hewan-hewan itu adalah hewan yang biasanya hidup berkelompok.

Sementara, ukuran otak hewan-hewan soliter seperti kucing hingga badak, dipercayai malah lebih lambat berkembang bila dibandingkan dengan hewan sosial.

"Kerjasama dan koordinasi yang dibutuhkan dalam sebuah kelompok mahluk hidup, akan sangat menantang sehingga beberapa mamalia memiliki ukuran otak yang lebih besar untuk bisa mengatasi kebutuhan dari sebuah kehidupan sosial," ujar Dr Shultz kepada situs sains io9.

"Menarik untuk melihat bahwa binatang yang sudah mengalami kontak dengan manusia, seperti kucing, tetap memiliki otak yang lebih kecil daripada anjing atau kuda, karena kurangnya mereka dengan aktivitas sosial," kata Profesor Dunbar.

Sumber : VIVAnews

Iklan

[X]