Pengikut

21 Juli 2011

Waspada, Bayi Lahir dengan Berat Rendah Rentan Penyakit

Anda melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram? Tampaknya Anda harus memberikan ekstra perhatian lebih kepada sang bayi.

Karena bayi yang lahir dengan berat badan seperti ini lebih rentan mengalami kematian dan kesakitan. Mereka juga lebih rawan memiliki gangguan perilaku.

"Bayi yang lahir dengan berat terlalu rendah ini paling tidak sudah membawa empat penyakit dalam hidupnya. Di usia 40 tahun mereka lebih rawan penyakit," kata dr Judi Januadi Endjun, SpOG, ahli fetomaternal dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Menurut hipotesa Barker, penyakit yang diderita seseorang di usia dewasa sudah terprogram sejak saat ia berada di dalam kandungan.

"Bayi yang lahir dengan berat badan rendah berisiko mengalami kematian dalam 28 hari pertama hidupnya serta di usia dewasa rentan menderita hipertensi, diabetes, atau serangan jantung," paparnya dalam acara Nutritalk bertema "Bentuk Awal Cinta Ibu untuk Si Buah Hati" yang diadakan oleh Sari Husada di Jakarta, Kamis (21/7/2011).

Ia menambahkan, berat badan bayi saat lahir sudah bisa diprediksi sejak usia kehamilan 10 minggu atau 2,5 bulan. "Normalnya setiap minggu bayi bertambah panjang 8 milimeter. Jika di usia 10 minggu panjangnya tidak bertambah, bisa dipastikan bayi akan lahir dengan berat badan kurang," imbuhnya.


Sumber : TRIBUNNEWS.COM

Risiko terlalu lama menjomblo

Cepat Cari Pasangan! Bisa Tangkal 4 Masalah Kesehatan

Berdasarkan hasil riset, memiliki pasangan mempunyai banyak manfaat terutama bagi kesehatan.

Inilah beberapa masalah kesehatan yang bisa ditangkal dari sebuah hubungan romantisme:

1. Kesehatan mental
Penelitian dari Florida University tahun 2010 terhadap 1.621 mahasiswa menemukan bahwa secara keseluruhan orang-orang yang menjalani komitmen mengalami kesehatan mental lebih sedikit dibanding single. Pria dan wanita lajang cenderung memiliki depresi, kecemasan, gangguan mood, masalah penyesuaian diri, bunuh diri dan tekanan psikologis yang lebih tinggi.

2. Rasa sakit
Ungkapan 'Cinta itu menyakitkan" tidak selamanya benar. Justru ketika cinta itu mati, rasa sakit semakin terasa. Dalam sebuah studi dikatakan ada hubungan antara rasa sakit, perasaan cinta romantis dan aktivasi sitem dalam otak. Mencintai dan dicintai dapat mengalihkan perhatian seseorang dari rasa sakit dan ini mengirimkan sinyal ke otak lalu menurunkan aktivitas di daerah nyeri.

3. Umur pendek
Studi di Amerika Serikat tahun 2000 menunjukkan bahwa orang dewasa yang belum menikah memiliki peluang besar untuk mengalami kematian dini. Mereka yang menikah memiliki jaringan sosial yang lebih suportif. Anak-anak juga merangsang keluarga untuk terus hidup, meskipun sudah bercerai.

4. Sedih
Beberapa pasangan yang sedang mabuk cinta tampaknya tahu bagaimana caranya bersenang-senang untuk mendapatkan kebahagiaan. Studi memperlihatkan ketika kita melihat wajah orang yang benar-benar kita cintai, ada daerah-daerah tertentu di otak yang bergerak dan menimbulkan euforia.


Sumber : TRIBUNNEWS.COM

Iklan

[X]